Sabtu, 28 April 2012

makalah mukjizat al-qur'an


BAB I
PENDAHULUAN

A.     Latar Belakang
Salah satu objek penting lainya dalam kajian ‘Ulumul Qur’an’ adalah perbincangan mengenai mukjizat. Persoalan mukjizat, terutama mukjizat Al-Qur’an , sempat menyeret para teolog klasik dalam perdebatan yang berkepenjangan, terutama antara teolog dari kalangan Mu’tazilah dan para teolog dari kalangan Ahlussunnah mengenai konsep shirfah.
Dengan perantara mukjizat, Allah mengingatkan manusia bahwa para rasul itu merupakan utusan yang mendapat dukungan dan bantuan dari langit. Mukjizat yang telah diberikan kepada para nabi mempunyai fungsi yang sama, yaitu memainkan perananya dan mengatasi kepandaian kaumnya disamping membuktikan bahwa kekuasaan Allah itu berada diatas segala-galanya.
Suatu umat yang tinggi pengetahuanya dalam ilmu kedokteran, misalnya tidak wajar dituntun dengan mukjizat dalam ilmu tata bahasa, begitu pula sebaliknya. Tuntunan dan pengarahan yang ditunjukan pada suatu umat harus berkaitan dengan pengetahuan mereka karena Allah tidak akan mengarahkan suatu umat pada hal-hal yang tidak mereka ketahui. Tujuanya adalah agar tuntunan dan pengarahan Allah bermakna. Disitulah letak mukjizat yang telah diberikan kepada para Nabi.

B.      Perumusan Masalah
Agar lebih memperjelas tentang mukjizat Al-Qur’an. Maka penulis merumuskan masalah mukjizat sebagi berikut:
1.      Apa pengertian I’jaz Al-qur’an dan mukjizat?
2.      Apa macam-macam mukjizat?
3.      Apa saja bukti historis kegagalan menandingi Al-Qur'an?
4.      Bagimana segi-segi kemukjizat Al-Qur'an.
C.      Tujuan Penulisan
1.      Untuk memenuhi tugas kelompok Mata Kuliah Ulumul Qur’an .
2.      Untuk mengetahui seluk-beluk mukjizat Al-Qur’an dan menambah wawasan pengetahuan, khusunya dalam bidang Kemukjizatan Al-Qur’an.
BAB II
PEMBAHASAN
A.     Pengertian I’jaz Al-Qur’an dan Mukjizat
Menurut bahasa kata 1’jaz berasal dari kata masdar dari kata kerja a’jaza yang berarti melemahkan. Kata a’jaza ini termasuk fi’il ruba’i mazid yang berasal dari fi’il sulasi mujarrad ajaza yang berarti Lemah, yang lawan katanya qodaroh yang berarti kuat/mampu.
Kata I’jaz al-qur’an adalah suatu kata makjud yang terdiri dari dua kata yang di mudhofkan, yaitu; di modhofkannya kata masdar I’jaz kepada pelakunya yaitu al-qu’an sehingga berarti melemahkan Al-qur’an atau Al-qur’an melemahkan/ menjadikan tidak mampu. Artinya melemahkan kepada orang yang berusaha meniru al-qur’an.
Jika i’jaz masdar dari a’jaza , maka pelakunya (yang melemahkan) disebut mu’jiz. Apabila kemampuan melemahkan  pihak lain sangat kuat/menunjol sehingga mampu membungkam lawan, maka disebut mu’jizat (              ). Tambahan ta’ marbutho’ pada akhir kata itu, mengandung makna mubalagah ( superlative).
Mu’jizat menurut bahasa ialah suatu hal yang luar biasa, ajaib, atau menakjubkan
Sedangkan menurut istilah Mukjizat adalah  peristiwa luar biasa yang terjadi melalui seseorang yang mengaku Nabi, sebagai bukti kenabiannya. Dengan redaksi yang berbeda, mukjizat didefinisikan pula sebagai suatu yang luar biasa yang diperlihatkan Allah SWT. Melalui para Nabi dan Rasul-Nya, sebagai bukti atas kebenaran pengakuan kenabian dan kerasulannya.
Maksud kumukjizatan Al-Qur’an bukan semata mata untuk melemahkan manusia atau menyadarkan mereka atas kelemahanya untuk mendatangkan semisal Al-Qur’an akan tetapi tujuan yang sebenarnya adalah untuk menjelaskan kebenaran Al-Qur’an dan Rasul yang membawanya dan sekaligus menetapkan bahwa sesuatu yang dibawa oleh mereka hanya sekedar menyampaikan risalah Allah SWT, mengkhabarkan dan menyerukan.
Ø  Unsur-Unsur Mukjizat Empat Unsur [1], Di dalam adalah:
1.      Hal atau peristiwa yang luar biasa
Peristiwa-peristiwa alam, yang terlihat sehari-hari, walaupun menakjubkan, tidak dinamai mukjizat. Hal ini karena peristiwa tersebut merupakan suatu yang biasa. Yang dimaksud dengan “luar biasa” adalah sesuatu yang berbeda di luar jangkauan sebab akibat yang hukum-hukumnya diketahui secara umum. Demikian pula dengan hipnotis dan sihir, misalnya sekilas tampak ajaib atau luar biasa, karena dapat dipelajari, tidak termasuk dalam pengertian “luar biasa” dalam definisi di atas.
2.      Terjadi atau dipaparkan oleh seseorang yang mengaku Nabi.
Hal-hal di luar kebiasaan tidak mustahil terjadi pada diri siapapun. Apabila keluarbiasaan terjadi tersebut Bukan dari seorang yang mengaku Nabi, hal itu tidak dinamai mukjizat. Demikian pula sesuatu yang luar biasa pada diri seseorang yang kelak bakal atau calon menjadi Nabi ini pun tidak dinamai mukjizat, melainkan di namakan irhash. Keluarbiasaan itu terjadi pada diri seseorang yang taat dan dicintai Allah, tetapi inipun tidak disebut mukjizat, melainkan karamah atau kerahmatan. Bahkan, karamah ini bisa dimiliki oleh seseorang yang durhaka kepada-Nya,? yang terakhir dinamai ihanah (penghinaan) atau Istidraj (rangsangan untuk lebih durhaka lagi).
Bertitik tolak dari kayakinan umat Islam bahwa Nabi Muhammad SAW. adalah Nabi terakhir, maka jelaslah bahwa tidak mungkin lagi terjadi suatu mukjizat sepeninggalannya. Namun, ini bukan berarti bahwa keluarbiasaan tidak dapat terjadi dewasa ini.
3.      Mendukung tantangan terhadap mereka yang meragukan kenabian
Tentu saja ini harus bersamaan dengan pengakuannya sebagai Nabi, bukan sebelum dan sesudahnya. Di saat ini, tantangan tersebut harus pula merupakan sesuatu yang berjalan dengan ucapan sang Nabi. Kalau misalnya ia berkata, “batu ini dapat bicara”, tetapi ketika batu itu berbicara, dikatakannya bahwa “Sang penantang berbohong”, maka keluarbiasaan ini bukan mukjizat, tetapi ihanah atau istidraj
4.      Tantangan tersebut tidak mampu atau gagal dilayani
Artinya siapapun yang ditantang tidak mungkin berhasil melakukan hal yang serupa. Perlu digarisbawahi di sini bahwa kandungan tantangan harus benar-benar dipahami oleh yang ditantang. Untuk membuktikan kegagalan mereka, aspek kemukjizatan tiap-tiap Nabi sesuai dengan bidang keahlian umatnya.
Misalnya, mu’jizat Nabi Musa a.s. yang menjadikannya tongkat menjadi ular yang di hadapkan kepada masyarakat yang mengandalkan sihir. Mukjizat yang begitu jelas ini benar-benar membungkamkan para ahli sihir yang di tantang oleh Nabi Musa a.s. sehingga mereka tak kuasa kecuali mengakui kekalaan mereka, walaupun Fir’aun mengancam dengan anika ancaman.
B.     Macam-macam Mukjizat
Secara garis besar, mukjizat dibagi dalam dua bagian pokok, yaitu mukjizat yang bersifat material indrawi yang tidak kekal dan mukjizat immaterial, logis, dan dapat dibuktikan sepanjang masa. Mukjizat Nabi-Nabi terdahulu merupakan jenis pertama. Mukjizat mereka bersifat material dan indrawi dalam Arti keluarbiasaan tersebut dapat disaksikan dan dijangkau langsung lewat indra (hissi) oleh masyarakat tempat mereka menyampaikan Risalahnya.[2] Seperti halnya;
o   Perahu Nabi Nuh yang dibuat atas petunjuk Allah sehingga mampu bertahan dalam situasi ombak dan gelombang yang demikian dahsyat.
o   Tidak terbakarnya Nabi Ibrahim a.s dalam kobaran api yang sangat besar.
o   Berubah wujudnya tongkat Nabi Musa a.s. menjadi ular, dan bisa mebelah laut dengan tongkatnya
o   Bisa menyembuhkan orang yang sakit lepra hanya semata-mata dengan menyentuh-nya, yang mana dilakukan oleh Nabi Isa a.s. (Atas izin Allah), dan lain-lain.
 Kesemuanya ini bersifat material indrawi, sekaligus terbatas pada lokasi tempat mereka berada, dan berakhir dengan wafatnya mereka. Ini berbeda dengan mukjizat Nabi Muhammad SAW, yang sifatnya bukan indrawi atau material, tetapi dapat dipahami Akal. Karena sifatnya yang demikian, ia tidak dibatasi oleh suatu tempat atau masa tertentu. Mukjizat Al-Qur’an dapat dijangkau oleh setiap orang yang menggunakan akalnya dimanapun dan sampaikapanpun.[3]
Ø  Perbedaan ini disebabkan oleh dua hal pokok:[4]
1.      Para Nabi sebelum Nabi Muhammad SAW, ditugaskan untuk masyarakat dan masa tertentu. Karena itu, mukjizat mereka hanya berlaku untuk masa dan masyarakat tersebut, tidak untuk sesudah mereka. Ini berbeda dengan mukjizat Nabi Muhammad  yang diutus seluruh umat manusia sampai akhir zaman sehingga bukti ajaranya harus selalu ada dimana dan kapanpun berada.
2.      Manusia mengalami perkembangan dalam pemikiranya. Umat para Nabi khususnya sebelum Nabi Muhammad membutuhkan bukti kebenaran yang sesuai dengan tingkat pemikiran mereka. Bukti tersebut harus demikian jelas dan langsung terjangkau oleh indra mereka. Akan tetapi, setelah manusia  mulai menanjak ke tahap kedewasaan berpikir, bukti yang bersifat indrawi tidak dibutuhkan lagi.
C.     Bukti Historis Kegagalan Menandingi Al-Qur'an
Al-Qur'an digunakan oleh Nabi Muhammad SAW untuk menantang orang-orang pada masanya dan generasi sesudahnya yang tidak mempercayai kebenaran Al-Qur'an sebagai firman Allah (bukan ciptaan Muhammad) dan risalah serta ajaran yang dibawanya. Terhadap mereka, sungguhpun memiliki tingkat fashahah dan balaghah yang tinggi di bidang bahasa Arab, Nabi memintanya untuk menandingi Al-Qur'an dalam tiga tahapan:
1.   Mendatangkan semisal Al-Qur'an secara keseluruhan, sebagaimana dijelaskan pada surat Al-Isra (17) ayat 88:

“Katakanlah, “Sesungguhnya jika manusia dan jin berkumpul untuk membuat yang serupa Al-Qur'an ini, niscaya mereka tidak akan dapat membuat yang serupa dengan dia, sekalipun sebagian mereka menjadi pembantu bagi sebagian lain.” (Al-Isra (17): 88)
2.   Mendatangkan sepuluh surat yang menyamai surat-surat yang ada dalam Al-Qur’an, sebagaimana dijelaskan dalam surat Hud (11) ayat 13 berikut

“Bahkan mereka mengatakan, Muhammad telah membuat-buat Al-Qur’an itu. “ Katakanlah, kalu demikian, maka datangkanlah sepuluh surat-surat yang dibuat-buat menyamai, dan panggilah orang-orang yang kamu sanggup memanggilnya selain Allah, jika kamu memang orang-orang yang benar” (Q.S. Hud [11]: 13)
3.   Surat yang menyamai surat-surat yang ada dalam Al-Qur'an, sebagaimana dijelaskan oleh surat Al-Baqarah (2) ayat 23:

 “Dan jika kamu (tetap) dalam keraguan tentang Al-Qur'an yang Kami wahyukan kepada hamba Kami (Muhammad), buatlah satu surat (saja) yang semisal Al-Qur'an itu dan ajaklah penolong-penolongmu selain Allah, jika kami orang-orang yang benar” (QS. Al Baqarah (2): 23)
Sejarah telah menunjukan bahwa jawaban orang- orang Arab ternyata gagal menandingi Al-Qur'an. Inilah beberapa catatan sejarah yang memperlihat-kan kegagalan itu:
Pemimpin Quraisy pernah mengutus Abu Al-Walid, seorang sastrawan ulung yang tiada bandingannya untuk membuat sesuatu yang mirip dengan Al-Qur'an ketika Abu Al-Walid berhadapan dengan Rasulullah SAW. Yang membaca surat Fushilat, ia tercengang mendengar kehalusan dan keindahan gaya bahasa Al-Qur'an dan ia pun kembali pada kaumnya dengan tangan hampa.
Musailamah bin Habib Al Kadzdzab yang mengaku sebagai Nabi juga pernah berusaha mengubah sesuatu yang mirip dengan ayat-ayat Al-Qur'an. Ia mengaku bahwa dirinyapun mempunyai Al-Qur'an yang diturunkan dari langit dan dibawa oleh Malaikat yang bernama Rahman. Di antara gubahan-gubahannya yang dimaksudkan untuk menandingi Al-Qur'an itu adalah antara lain:
لطِّيْنِيَاضِفْدَعُ بِنْتُ ضِفْدَعَيْنِ نَقِّيْ مَاتُنَقِيْنَ أَعْلاَكِ فِى اْلمَاءِ وَأَسْفَلُكِ فِى ا
“Hai katak, anak dari dua katak. Bersihkan apa saja yang akan engkau bersihkan, bagian atas engkau di air dan bagian bawah engkau di tanah”.
Ketika itu pula, ia merobek-robek apa saja yang telah ia kumpulkan dan merasa malu tampil di depan khalayak ramai. Setelah peristiwa itu ia mengucapkan kata-katanya yang masyhur:
“Demi Allah, siapapun yang tidak akan mampu mendatangkan yang sama dengan Al-Qur'an.”
D.    Segi-segi Kemukjizat Al-Qur'an
1.  Gaya Bahasa ( Fashahah dan Al-Balagi)
Gaya bahasa Al-Qur’an membuat orang Arab pada saat itu merasa kagum dan terpesona, bukan saja orang-orang mukmin, tetapi juga bagi orang-orang kafir. Kehalusan ungkapan bahasanya membuat banyak diantara mereka masuk Islam. Bahkan, Umar bin Khattab pun yang mulanya dikenal sebagai orang yang paling memusuhi nabi Muhammad SAW, dan bahkan berusaha membunuhnya, memutuskan masuk Islam dan beriman pada kerasulan Muhammad hanya karena membaca petikan ayat-ayat Al-Qur-an. Susunan Al-Qur-an tidak dapat disamakan oleh karya sebaik apa pun.[5]
2.  Susunan Kalimat
Kendatipun Al-Qur-an, hadis qudsi, dan hadis nabawi sama-sama keluar dari mulut nabi, terapi uslub (style) atau susunan bahasanya sangat jauh berbeda. Uslub bahasa Al-Qur-an jauh lebih tinggi kualitasnya bila dibandingkan dengan lainya. Al-Qur-an muncul dengan uslub yang begitu indah. Didalam uslub tersebut terkandung nilai-nilai istimewa yang tidak akan pernah ada ucapan manusia.
3.  Hukum Illahi yang Sempurna
Al-Qur-an menjelaskan pokok-pokok aqidah, norma-norma keutamaan, sopan-santun, undang-undang ekonomi, politik, sosial, dan kemasyarakatan, serta hukum-hukum ibadah. Al-Qur-an menggunakan dua cara tatkala menetapkan sebuah ketentuan hukum, yakni:
a.       Secara global
Persoalan ibadah umumnya diterangkan secara global, sedangkan perincianya diserahkan kepada Nabi sendiri dan pa Ulama’ melalui ijtihad.
b.      Secara terperinci
Hukum yang dijelaskan secara terperinci adalah yang berkaitan dengan utang piutang, makanan yang halal dan yang haram, memelihara kehormatan wanita, dan masalah perkawinan.
4.   Ketelitian Redaksinya
Ketelitian redaksi Al-Qur-an bergantung pada hal berikut:
a.       Keseimbangan antara jumlah bilangan kata dengan antonimnya.
b.      Keseimbangan jumlah bilangan kata dengan sinonimnya/makna yang dikandungnya.
c.       Keseimbangan jumlah bilangan kata dengan jumlah kata yang menunjukan akibatnya.
d.      Keseimbangan jumlah bilangan kata dengan kata penyebabnya.
e.       Disamping keseimbangan-keseimbangan tersebut, ditemukan juga keseimbang khusus
1.   Kata yawm (hari) dalam bentuk tunggal sejumlah 365 kali, sebanyak hari-hari dalam setahun, sedangkan kata hari yang menunjukan bentuk plural (ayyam) atau dua (yawmayni), berjumlah tiga puluh, sama dengan jumnlah hari dalam sebulan. Disisi lain, kata yang berarti bulan (syahr) hanya terdapat dua belas kali sama dengan jumlah bulan dalam setahun.
2.   Al-Qur-an menjelaskan bahwa langit itu ada tujuh macam. Penjelasan ini diulangi sebanyak tujuh kali pula, yakni dalam surat Al-Baqarah [2] ayat 29, surat Al-Isra [17] ayat 44, surat Al-Mukmin [23] ayat 86, surat Al-Fushilat [41] ayat 12, surat Ath-Thalaq [65] ayat 12, surat Al-Mulk [67] ayat 3, dan surat Nuh [71] ayat 15. Selain itu, penjelasan tentang terciptanya langit dan bumi dalam enam hari dinyatakan pula dalam tujuh ayat.
3.   Kata-kata yang menunjukan kepada utusan Tuhan, baik rasul atau nabi atau basyir (pembawa berita gembira) atau nadzir (pemberi peringatan), kesemuanya berjumlah 518 kali. Jumlah ini seimbang dengan jumlah penyebutan nama-nama nabi, rasul dan pembawa berita tersebut, yakni 518.[6]
5. Berita tentang Hal-hal yang Gaib
Sebagaimana ulama mengatakan bahwa sebagian mukjizat Al-Qur'an itu adalah berita gaib. Salah satu contohnya adalah Fir’aun, yang mengejar-ngejar Nabi Musa. Hal ini, diceritakan dalam surat Yunus (10) ayat 92;

Maka pada hari Kami selamatkan badanmu supaya kamu dapat menjadi pelajaran bagi orang-orang datang sesudahmu dan sesungguhnya kebanyakan dari manusia lengah dari tanda-tanda kekuasaan Kami.”
Pada ayat itu ditegaskan bahwa badan Firaun akan diselamatkan Tuhan untuk menjadi pelajaran bagi generasi berikutnya. Tidak seorang pun mengetahui hal tersebut karena telah terjadi sekitar 1.200 tahun SM. Pada awal abad ke-19, tepatnya pada tahun 1896 di lembah raja-raja Luxor Mesir, seorang ahli purbakala Loret menemukan satu mumi, yang dari data-data sejarah terbukti bahwa ia Firaun yang bernama Muniftah yang pernah mengejar Nabi Musa a.s. selain itu pada tanggal 8 Juli 1908, Elliot Smith mendapat izin dari pemerintah Mesir untuk membuka pembalut-pembalut Firaun tersebut. Apa yang ditemukannya satu jasad utuh, seperti yang diberitakan Al-Qur'an melalui Nabi yang ummy (tidak pandai membaca dan menulis).
6. Isyarat-isyarat Ilmiah
a.       Banyak sekali isyarat ilmiah yang ditemukan dalam Al-Qur-an misalnya:
b.      Cahaya matahari bersumber dari dirinya dan cahaya bulan merupakan pantulan. Terdapat dalam Q.S. Yunus [10]: 5.
c.       Kurangnya oksigen pada ketinggian dapat menyesakan napas, hal ini terdapat pada surat Al-An’am [6]: 25
d.      Perbedaan sidik jari manusia. Terdapat dalam surat Al-Qiyamah [75]: 4
e.       Aroma/bau manusia berbeda-beda. Terdapat dalam surat Yusuf [12]: 94
f.       Masa penyusuan yang tepat dan kehamilan minimal. Terdapat dalam surat Al-Baqarah [2]: 233
g.      Adanya nurani (super ego) dan bawah sadar manusia. Terdapat dalam surat Al-Qiyamah [75]: 14
h.      Yang merasakan nyeri adalah kulit. Terdapat dalam surat Al-Qiyamah [75]: 4
D.     TUJUAN MUKJIZAT ALQUR’AN
Dari pngerian I’jaz dan mu’jizat d atas, dapatlah diketahui bahwa tujuan I’jaz al-Qur’an itu banyak, di antaranya yaitu :
1.      Membuktikan bahwa nabi Muhammad SAWl-Q yg membawa mu’jizat kitab al-Qur’an adalah benar-benar seorang Nabi/Rosul Allah, beliau diutus untuk menyampaikan ajaran-ajaran Allah SWT kepada umat manusi dan untuk mencanangkan tantangan supaya menandingi al-Qur’an kepada mereka yg ingkar.
2.      Membuktikan bahwa kitab al-Qur’an itu adalah benar-benar wahyu Allah SWT, Bukan buatan malaikat jibril dan bukan tulisan nabi Muhammad SAW. Sebab, seandainya kitab al-Qur’an itu buatan nabi Muhammad yg seorang Ummi (tidak pandai menulis dan mmbaca), tentu pujangga-pujangga arab yg profesional, dimana mereka tidak hanya pandai menulis dan membaca tetapi juga ahli dalam sastra, grarnatika bahasa arab dan balaghohnya akan bisa membuat seperti al-Qur’an.kenyataannya, mereka tidak bisa membuat tandingan seperti al-Qur’an, sehingga jelaslah bahwa al-Qur’an itu bukan buatan manusia.
3.      Menunjukkan kelemahan mutu sastra dan balaghoh bahasan manusia, karena terbukti pakar-pakar pujangga sastra dan seni bahasa arab tidak ada yg mampu mendatangkan kitab tandigan yg sama seperti al-Qur’an, yg tlah di tantangkan kepada mereka dalam berbagai tingkat dan bagian al-Qur’an.
4.      Menunjukkan kelemahan daya upaya dan rekayasa umat manusia yg tidak sebanding dengan keangkuhan dan kesombongannya. Mereka ingkar tidak mau beriman mempercayai kewahyuan al-Qur’an dan sombong tidak mau menerima kitab suci itu. Mereka menuduh bahwa kitab itu hasil lamunan dan buatan nabi Muhammad SAW sendiri. Kenyataannya, para pujangga sastra arab tidak mampu membuat tandingan yg seperti al-Qur’an itu, walaupun hanya atu surat.  






















BAB IV
PENUTUP

A.     KESIMPULAN
Dari makalah dapat di ambil kesimpulan bahwa Al-Qur'an ini adalah Mukjizat terbesar yang diberikan Allah kepada Nabi Muhammad SAW. Kita tahu bahwa setiap Nabi diutus Allah selalu dibekali mukjizat untuk meyakinkan manusia yang ragu dan meyakinkan manusia yang tidak percaya terhadap pesan atau misi yang dibawa oleh Nabi.
Mukjizat ini selalu dikaitkan dengan perkembangan dan keahlian masyarakat yang dihadapi tiap-tiap Nabi, setiap mukjizat bersifat menantang baik secara tegas maupun tidak, oleh karena itu tantangan tersebut harus dimengerti oleh orang-orang yang ditantangnya itulah sebabnya jenis mukjizat yang diberikan kepada para Nabi selalu disesuaikan dengan keahlian masyarakat yang dihadapinya dengan tujuan sebagai pukulan yang mematikan bagi masyarakat yang ditantang tersebut.

B.     SARAN
Demikianlah dalam hal ini penulis akhiri makalah ini tak lupa mohon maaf kepada semua pihak, kritik dan saran penulis harapkan. Demi perbaikan penulisan makalah ini selanjutnya.
























DAFTAR PUSTAKA
o   Mukjizat Al-Qu’an, M. Quraish Shihab
o   Ulum Al-Qur’an Dra. Liliek Channa AW, M.Ag dan H. Syaiful hidayat, lc. M.HI.,  Di dalam
o   Tafsir al-Azhar, Prof. Dr. Hamka, juz 1
o   ATANG ABD. HAKIM, Drs MA, JAIH MUBAROK DR. Metodologi Islam. Bandung. PT. Remaja Rosda Karya
o   ANWAR ROSIHAN Drs, M.Ag Ulumul Qur’an. 2004. Bandung. Pustaka Setia Departemen Agama. 2002. Surabaya. CV. Ramsa Putra




[1] Didalam Bukunya Ulum Al-Qur’an Dra. Liliek Channa AW, M.Ag dan H. Syaiful hidayat, lc. M.HI., hal 90. 
[2] Shihab, Mukjizat….. hlm. 35.
[3] Ibid, hlm. 36: Bandingkan dengan Abdul Qadir ’atha, azhamat Al-Qur’an. Dar Al-Kutub Al-Ilmiah,Beirut, tt, hlm. 55.Shihab, Mukjizat….. hlm. 36-37
[4] Shihab, Mukjizat….. hlm. 36-37
[5] Muhammad Ali Ash-Shabuni, At-Tibyan Fi ‘Ulum Al-Qur’an, Maktabah Al-Ghazali, Damaskus,
[6] Shihab, Membumikan….. hlm. 29-31

1 komentar:

  1. makasih gan, ini sangat membantu sekali.. kunjungi juga ya blog kami flashcompugraphics.blogspot.com

    BalasHapus